Kisah-kisah tentang Konsol Game yang Gagal di Pasaran

Kisah-kisah tentang Konsol Game yang Gagal di Pasaran

Kisah-kisah tentang Konsol Game yang Gagal di Pasaran

Tak semua konsol game bisa berakhir seperti Sony dengan PlayStation atau Microsoft lewat Xbox. Beberapa konsol, bahkan cukup banyak, justru bernasib mengenaskan alias gagal.

Paradoks? Tentu saja.

Game adalah industri hiburan paling menjanjikan yang perkembangannya amat signifikan. Pada 2019, industri game menghasilkan 145 miliar dolar Amerika dan diprediksi mencapai 300 miliar enam tahun berselang.

Angka itu jelas ada kaitannya dengan pasar, atau sederhananya jumlah konsumen (baca: gamer). Tahun ini bahkan tercatat ada lebih dari 3 miliar gamer di seluruh dunia.

Namun, beberapa produsen tak mampu memanfaatkan lahan subur tersebut. Macam-macam alasannya. Bisa pesaing, fitur yang ketinggalan, hingga sekadar bentuk yang aneh seperti yang dialami beberapa konsol ini.

Panasonic 3DO

Kendati mendapat penghargaan Product of the Year dari majalah Time pada 1993, 3DO justru bernasib tragis. Respons kritis yang diterima konsol bikinan Panasonic itu tak sejalan dengan nasib mereka di pasar. 

Salah satu penyebabnya adalah harga yang kelewat tinggi (700 dolar Amerika), harga yang tentunya akan sulit untuk bersaing di tengah dominasi Nintendo dan Sega di ranah konsol.

Nintendo Virtual Boy

Saat pertama rilis pada 1995, Virtual Boy disebut-sebut sebagai konsol paling inovatif. Konsol keluaran Nintendo itu punya cara kerja persis bak teknologi virtual reality (VR) masa kini.

Pembedanya, Virtual Boy cuma menampilkan dua warna, yakni hitam dan merah. Ini bikin pengguna tak tertarik, terlebih ada efek pusing yang dirasakan setelah memainkannya. Konsol ini pun hanya bertahan 7 bulan.

Apple Pippin

Sebelum hadir dengan ragam teknologi futuristik lewat iPhone dan Macbook yang harganya selangit, Apple pernah nyaris bangkrut. Sebuah konsol bernama Apple Pippin jadi penyebabnya.

Konsol itu bak perpaduan konsol dan komputer. Harganya pun ‘Apple banget’ alias mahal, yakni 599 dolar. Harga yang selangit inilah, serta pilihan game yang terbatas, bikin Pippin tak laku di pasar.

Sega Dreamcast

Setelah Saturn gagal total, Sega berupaya bangkit lewat Dreamcast. Konsol ini rilis pada 1998 dan punya banyak fitur unggulan. Kita dapat bermain secara online dan bahkan mengirim email.

Sayangnya, Dreamcast tak bertahan lama. Konsol ini cuma laku 9 juta unit sehingga produksinya dihentikan total. Keputusan itu juga jadi akhir dari kiprah Sega di bisnis konsol.

Nokia N-Gage

N-Gage bukan konsol, sih, tetapi Nokia sengaja menghadirkannya khusus untuk bermain game. Konsepnya, mereka ingin perangkat gaming dalam wujud HP.

Saat rilis, N-Gage bikin gempar, tetapi cuma karena nama ‘Nokia’ yang kala itu adalah raja. Di luar itu, N-Gage gagal total. Sebagai HP, perangkat ini tak fungsional. Pengalaman gaming pun tak bisa disebut mengesankan.

Nintendo Wii U

Nintendo merilis Wii U sebagai upaya meneruskan kesuksesan Wii. Game-game populer seperti Mario Kart hingga The Legend of Zelda juga dihadirkan untuk menarik minat para pengguna.

Namun, Wii U punya banyak kekurangan. Kontrolernya terlalu besar, performanya pun cenderung minimal. Pada akhirnya Wii U cuma terjudal 13 juta unit, jauh di bawah Wii yang laku sebanyak 100 juta unit.

Ouya

Yang Ouya jual saat rilis pada 2013 lalu tak lebih dari sekadar konsol berbasis Android. Selain itu, konsol ini tak punya fitur unggulan lain. Kontrolernya terlalu besar, game original pun amat sedikit.

Berbagai hal tersebut bikin Ouya gagal. Usianya bahkan sangat pendek lantaran langsung ditarik tak lama setelah rilis. Alhasil, tak perlu heran jika kamu tak pernah mendengar nama konsol itu sama sekali.

Itulah beberapa konsol game yang punya nasib tragis karena gagal di pasaran. Menurutmu, mana yang paling mengenaskan?