Sepenting Apa Aspek Fisik bagi Atlet Esports?

Sepenting Apa Aspek Fisik bagi Atlet Esports?

Sepenting Apa Aspek Fisik bagi Atlet Esports?

Ketimbang olahraga lain seperti sepak bola, aktivitas seorang atlet esports tak ada apa-apanya. Gimana enggak? Yang mereka lakukan cuma memegang mouse dan memencet beberapa tombol keyboard sembari menatap layar. Itu pun dilakukan di atas kursi khusus gaming yang nyaman bukan main.

Lantas sebagian dari kita bertanya-tanya: Apakah butuh fisik yang oke untuk menjadi seorang atlet esports?

Beberapa akan menjawab tidak perlu-perlu amat. Namun menurut Taylor Johnson, ahli fisik yang pernah bekerja untuk San Fransisco 49ers (tim American Football), fakta yang terlihat justru sebaliknya. Dia menilai, fisik yang prima amat penting bagi atlet esports.

“Saya pikir ada stigma bahwa mereka yang terlibat di esports dan video game hanya duduk di belakang layar komputer dengan pola makan yang buruk dan tak punya struktur. Tapi menurut saya justru sebaliknya,” ujar Johnson, dilansir laman resmi Redbull.

“Ketika membandingkan esports dengan olahraga tradisional lain, saya melihat lebih banyak kesamaan ketimbang perbedaan,” sambung dia.

Beberapa pengamat kerap menyamakan esports dengan catur. Kedua olahraga ini, sekilas, memang tak memerlukan aktivitas fisik berlebihan. Para atletnya cuma duduk dan menggerak-gerakkan kedua tangan. Meski begitu, yang perlu diperhatikan adalah durasinya.

Baik esports maupun catur biasanya memakan waktu lama untuk satu pertandingan. Laga Liquid melawan VirtusPro pada The International ke-7, misalnya, berlangsung hingga nyaris 2 jam. Meski minim pergerakan, durasi tersebut bakal tetap membuat fisik atlet esports terkuras.

Bayangkan. Saat duduk tanpa melakukan aktivitas selama satu jam, tubuh bisa membakar hingga 102 kalori. Jika dua jam dengan aktivitas tambahan seperti menatap layar dan memencet berbagai tombol, kalori yang dibutuhkan akan lebih banyak lagi.

Perlu diingat pula bahwa ada aspek kompetitif dalam esports. Dengan begitu akan muncul tekanan yang cukup tinggi. Potensi untuk mengalami stress pun bakal besar. Kondisi-kondisi seperti ini pada akhirnya dapat memengaruhi performa di depan layar.

“Saat melihat pemain dari sudut pandang psikologis, para pemain yang memiliki pengendalian stres yang baik cenderung melakukan lebih sedikit kesalahan dan berpotensi memenangi lebih banyak pertandingan,” ungkap Johnson.

“Stabilitas emosional yang diperoleh lewat nutrisi yang tepat, recovery serta latihan fisik yang baik, pasti bisa memainkan peran besar dalam aktivitas terkait,” tuturnya.

Belakangan, banyak pemain mulai sadar akan kondisi ini. Tim-tim pun tampak berusaha memfasilitasi atlet mereka dengan fasilitas latihan fisik mumpuni. Beberapa bahkan menyediakan pelatih fisik khusus, salah satunya BOOM, tim esports asal Indonesia.

“Mereka yang memerhatikan hal-hal tersebut secara serius mulai mencari tahu bagaimana kesehatan dan kebugaran dapat meningkatkan permainan. Perlahan juga ada perubahan paradigma tentang cara para pemain mempersiapkan diri pada sebuah pertandingan,” ujar Johnson.